Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya. Kalimat itu sering sekali kita dengar diucapkan orang atau kita baca di Koran dan majalah, lebih-lebih menjelang peringatan hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 Nopember. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari Pahlawan untuk mengenang pertempuran heroik arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: “Sudahkah bangsa ini menghargai jasa para pahlawannya?”
Sebelum kita dapat menghargai jasa seorang pahlawan, sebaiknya kita tahu siapa sebenarnya pahlawan itu. Seorang pahlawan adalah seseorang yang rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk kebaikan atau keselamatan orang lain tanpa mengharap imbalan. Kalau kita mengacu pada definisi tersebut siapa saja bisa menjadi pahlawan tak terbatas oleh ruang dan waktu. Pahlawan selalu muncul kapan saja dan dimana saja dalam sejarah peradaban manusia. Keberadaan pahlawan itulah yang bisa menjamin kesejahteraan hidup umat manusia.
Semasa revolusi fisik di negeri kita, para pahlawan berjuang mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya negara Indonesia. Sebagian dari mereka gugur di berbagai medan pertempuran, dan sebagian lagi yang tidak gugur menjadi veteran perang. Para veteran itu ada yang hidupnya berkecukupan, dan tidak sedikit diantaranya yang hidupnya susah dan terlupakan. Saat revolusi fisik berakhir, bermunculan pahlawan-pahlawan lain yang tidak lagi menegakkan negeri ini dengan mengangkat senjata. Pahlawan-pahlawan modern ini tersebar dalam berbagai profesi yang beraneka ragam. Mereka pun berjuang untuk kemajuan bangsa ini sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Jadi, seseorang sekarang dapat menjadi pahlawan dalam profesi apapun. Walau saat ini terjadi sedikit pergeseran makna dari definisi pahlawan di atas pada kata “tanpa mengharap imbalan”. Taruhlah seorang Polisi sebagai sebuah profesi maka ia berhak mendapatkan gaji setiap bulan. Namun seorang Polisi bisa disebut pahlawan karena tugasnya menyelamatkan masyarakat dari gangguan keamanan. Contoh lain, seorang guru sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Faktanya seorang guru bekerja bukan tanpa mengharap imbalan, sebagai sebuah profesi guru juga mendapatkan gaji setiap bulannya. Tapi apa yang dilakukan seorang guru berguna bagi kemajuan bangsa ini maka ia disebut pahlawan. Dan sepertinya kita harus sepakat bahwa semua profesi yang baik (misal: petani, pedagang, buruh, pemulung dan lain-lain) akan menjadikan pelakunya menjadi seorang pahlawan.
Lalu pahlawan manakah yang harus kita hargai? Selayaknya kita menghargai jasa semua pahlawan negeri ini tak peduli apapun profesi dan jasanya. Para pejuang yang telah memerdekakan bangsa ini dari penjajah, memberikan modal yang tak ternilai harganya bagi pembangunan bangsa ini yaitu kemerdekaan. Dengan merdeka kita secara leluasa membangun negeri ini menjadi negeri yang mandiri dan bermartabat. Sedangkan para pejuang pembangunan dalam berbagai macam profesinya telah mewarnai derap pembangunan negeri ini. Merekalah yang menjadikan negeri kita mengalami perkembangan pesat seperti saat ini.
Bagaimana cara kita menghargai jasa para pahlawan? Mencintai negeri ini (patriotik) merupakan bentuk dari penghargaan kita kepada para pahlawan. Mencintai negeri ini berarti menjaga negeri ini dari kerusakan baik secara fisik maupun mental. Kerusakan alam yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran adalah contoh dari kerusakan fisik dari negeri ini. Sedangkan kerusakan mental misalnya penyakit kolusi, korupsi, dan nepotisme yang akhir-akhir ini menggetarkan negeri ini. Semua itu harus kita cegah dan hentikan demi menghargai jasa para pahlawan pendiri negeri ini. Atau kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang kecil tak beradab dan kalimat “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” hanya akan menjadi sebuah retorika yang tak bermakna. (blaster)